"Wahai
pencipta alam
Kekagumanku
sulit untuk kupendam
Dari siang hingga malam
Pesonanya tak pernah padam"
Dari siang hingga malam
Pesonanya tak pernah padam"
Sumber gambar : iberita.com |
Hampir 20 tahun saya di Indonesia dan belum
pernah ke destinasi yang terbaik di Indonesia, ada rasa penyesalan dan hasrat
yang keras di dalam hati untuk segera ke sana. Dengan usaha, tekad, dan
tentunya doa yang selalu mengiringi mimpi kita, pasti akan terwujud.
Sejarah
Raja Ampat ; berawal dari
legenda empat kerajaan di Papua Barat telah menjadikannya tempat wisata favorit
bagi para penyelam dan para fotografer.
Apa sih yang bisa mebuat Raja Ampat menjadi
destinasi no 1 di Indonesia bahkan di dunia?
Hal apa saja yang ada di Raja Ampat?
Sumber gambar : triptus.com |
Hal yang mungkin ada di benak para pembaca
dan saya tentunya. Oke mari kita lihat keindahan alam apa saja yang ada di
wilayah Indonesia bagian timur ini.
Walaupun saya belum pernah ke sana dan sampai
detik ini sangat ingin ke sana, berdasarkan berbagai sumber yang saya baca dan
dapatkan bahwa keindahan raja ampat sangat spektakuler. Dengan keindahan yang
sangat eksotis, tak diragukan lagi heterogenitas flora dan fauna bawah air Raja
Ampat ini menjadi favorit para penyelam karena dengan mempunyai 610 pulau
dengan perairan jernih memesona, dihuni oleh seperempat biota bawah laut yang
ada di dunia. Dengan data spesifiknya ; Ada
1.320 spesies ikan di Raja Ampat; 75% seluruh spesies karang yang ada di dunia;
10 kali lipat jumlah spesies karang yang ditemukan di seluruh Karibia; terdapat
600 spesies karang yang tercatat; 5 spesies penyu laut langka; 57 spesies udang
mantis; 13 spesies mamalia laut; dan 27 spesies ikan.
Sumber gambar : pindito.com |
Berawal dari legenda empat kerajaan di Papua
Barat ; Waigeo, Misool,
Salawati, dan Batanta.
Raja
Ampat yang dianugerahi panorama yang seakan tak pernah habis. Dari pucuk sampai
pucuk, mulai dari pulau pulau kecil yang menajubkan, kebudayaannya yang kental,
hingga pemandangan bawah laut yang belum semuanya terekspos dan tereksplorasi.
Makna eksplorasi di sini bukan bermakna negative (Menurut kamus besar bahasa Indonesia,
eksplorasi adalah penjelajahan
lapangan dengan tujuan memperoleh
pengetahuan lebih banyak, terutama sumber-sumber alam yg terdapat di tempat
itu). Beda halnya dengan eksploitasi yang berarti pemanfaatan untuk keuntungan
sendiri. Dr Mark Erdman dari
Conservation International Indonesia Marine Program, mengungkapkan eksplorasi
Raja Ampat dimulai sejak tahun 1800 oleh bangsa Prancis, Inggris, dan Belanda.
Ikan karang yang ditemukan antara lain blacktip reef shark, bluefin trevally,
bigeye trevally, semicircular angelfish, dan sergeant major.
Baru-baru
ini para ahli juga menemukan spesies baru di sana, di antaranya Eviota raja,
Paracheilinus nursalim, Chrysiptera giti, Chromis athena, Chrysiptera arnazae,
Chrysiptera sp, Hoplolatilus erdmanni, Pseudochromis matahari, Pseudochromis
ammeri, Pseudochromis sp, Pseudochromis jace, Calumia papuensis,Vanderhortia
wayag, Trimma pajama, Trimma helenae, Apogonic hthyoides sp, Siphamia
misoolensis, Pterois andover, Hemiscyllium galei, H freycineti, H henryi, dan
Himantura species. “Raja Ampat juga dikenal sebagai kawasan perlindungan laut
untuk ikan pari dan paus terbesar di dunia (the world’s largest manta
sanctuary) dengan luas perairan sekitar 6 juta km2,” ujar Erdman.
Di
Kepala burung ini juga mendapatkan gelar sebagai kawasan perlindungan laut
terbesar di Indonesia dan menjadi jantung bagi segitiga koral (Triangle Coral
Reef). Berlimpahnya keragaman hayati tersebut disebabkan oleh perbedaan tajam
antara pertemuan dua arus, yakni Samudra Pasifik dan Samudra Hindia.
Mengutip
hasil penelitian UNEP, GEF, dan SCS, Prof Dr Suharsono, pakar kelautan dari
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan nilai ekonomi ekosistem
dari satu hektare terumbu karang ditaksir mencapai 1.542 dollar AS per tahun.
Sementara itu, untuk ekosistem mangrove sebesar 2.185 dollar AS per tahun,
tanah rawa 295 dollar AS per tahun, dan rumput laut 1.181 dollar AS per tahun.
Sumber gambar : hqwallbase.com |
Dikatakan
juga sebagai surga terakhir Dengan berbagai kekayaan dan kemolekan sumber daya
alam tersebut, tidaklah berlebihan kalau Raja Ampat yang memiliki panjang garis
pantai 753 km ini disebut sebagai “surga” para penyelam. Bahkan, tak sedikit
yang menjulukinya sebagai “surga terakhir yang ada di Planet Bumi.” Sebagai
“surga terakhir” kita wajib menjaganya secara serius dan sungguh-sungguh.
Sebab, saat ini keberadaan keragaman hayati di Raja Ampat terancam dari
berbagai penjuru, baik secara alami (lingkungan) maupun ulah manusia.
Meuhlenber mengungkapkan faktor lingkungan yang mengancam keragaman hayati
adalah perubahan cuaca yang menyebabkan naiknya termperatur (udara dan air
laut), naiknya permukaan laut, dan perubahan keasaman air laut. Dari data yang
ada Ia menjelaskan, kondisi terumbu karang Raja Ampat pada 2013 adalah 5,3
persen tergolong istimewa, 27,18 persen bagus, 37,25 persen sedang, dan 30,45
persen rusak.
Sosialisasi
dan edukasi mengelola wisata yang ramah lingkungan perlu diberikan kepada masyarakat,
khususnya kepada mereka yang bermukim di 34 pulau di Raja Ampat.
Walaupun Kabupaten Raja Ampat kini dihadapkan dengan berbagai persiapan pembagunan, baik fisik maupun non fisik, penduduk asli Raja Ampat, umumnya memiliki karakteristik budaya yang masih kental, terutama dalam pelestarian sumber daya alam.
Budaya
dan kearifan lokal di Raja Ampat, seperti juga di tempat lain, dilakukan secara
turun-temurun. Mereka menjaga dan mempertahankan budaya, meski ada pencampuran
dari budaya lain. Mereka menyatukannya dengan kepercayaan.
Kesadaran
pentingnya air dan tanah itulah yang mendorong warga menciptakan sistem budaya
untuk menjaga dan melestarikan alam di sekelilingnya. Sistem budaya itu bernama
“Sasi” dan “Rajaha”.
Sumber gambar : wego.co.id |
Sasi
adalah salah satu upacara adat untuk penutupan satu kawasan atau dusun untuk
menjaga kelestarian ekosistem alamnya. Sasi juga berarti larangan bersama
(kolektif) terhadap suatu objek atau kawasan yang mencakup kepentingan orang
banyak. Jadi, Sasi Rajaha merupakan suatu bentuk perlindungan yang diterapkan
dalam suatu wilayah laut dan hutan oleh kepala adat atas kesepakatan bersama
untuk melindungi hasil laut dan biota laut dalam jangka waktu tertentu demi
kepentingan umum.
Penerapan
sasi dan rajaha ini sudah dilakukan sejak zaman raja-raja dahulu di Kepulauan
Raja Ampat. Sistem pertahanan dan perlindungan budaya ini yang kemudian
diangkat kembali oleh pemerintah daerah untuk menjaga dan melestarikan alam
Kepulauan Raja Ampat yang merupakan kawasan wisata maritim terindah di dunia.
Aturan
adat sasi ini pun, katanya, tidak sembarangan. Masyarakat memulai adat sasi
dengan berdoa di masjid maupun gereja. Mereka percaya, musibah akan datang jika
aturan adat yang berlaku turun temurun tersebut dilanggar. “Kalau dilanggar,
bisa kena musibah seperti sakit, dan masyarakat percaya akan hal itu,”.
Sasi
dan rajaha sebenarnya sudah diterapkan sejak zaman raja – raja terdahulu namun
tradisi ini sempat ditiadakan namun pada saat ini tradisi ini telah
diberlakukan kembali guna menjaga dan melestarikan keindahan laut yang ada di
Kepulauan Raja Ampat.Pada saat ini Sasi menjadi landasan budaya lokal yang
diterima luas di pesisir pantai dari Kepulauan Raja Ampat, hingga Maluku dan
Sulawesi.
Menurut Gubernur
Papua Barat, Abraham O Atururi mengatakan kearifan adat istiadat yang terdapat
di Papua juga diwarisi di Raja Ampat sehingga terjadi sinergi pengelolaan
keanekaragaman hayati yang baik."Kearifan lokal masyarakat adat masih diwarisi di 'surga yang tersembunyi di
muka bumi' (Raja Ampat),"
"Adanya budaya luhur masyarakat adat memberikan laut laksana ibu yang
senantiasa memberikan kehidupan dari hulu hingga hilir yang harus kita jaga
bersama," katanya.
Dari segi teknologi, Masyarakat Asli Papua masih jauh dari sentuhan teknologi dan globalisasi, mereka masih mempertahankan adat dan budaya yang begitu kental. Mulai dari pakaian sehari-hari, rumah, cara memasak, semuanya masih dilakukan secara tradisional oleh masyarakat asli. Anda bisa menemukan dengan mudah tulang-tulang yang dibiarkan tergeletak, ini adalah kemagisan dan mistis yang sangat unik dari wilayah ini.
Dari segi teknologi, Masyarakat Asli Papua masih jauh dari sentuhan teknologi dan globalisasi, mereka masih mempertahankan adat dan budaya yang begitu kental. Mulai dari pakaian sehari-hari, rumah, cara memasak, semuanya masih dilakukan secara tradisional oleh masyarakat asli. Anda bisa menemukan dengan mudah tulang-tulang yang dibiarkan tergeletak, ini adalah kemagisan dan mistis yang sangat unik dari wilayah ini.
Budaya
inilah yang kemudian menjadikan
Kabupaten Raja Ampat sebagai Kabupaten yang terkenal dimata dunia akibat
rasa kepedulian masyarakat Raja Ampat dalam pola pengaturan dan pemanfaatan
sumberdaya alam.
Kekuatan
pariwisata suatu daerah bukan hanya karena keindahan alamnya. Budaya yang
kental, diaplikasikan dan dijaga dengan baik akan menjadi nilai keindahan
lainnya. Keduanya saling terkait, seperti halnya Raja Ampat, yang akan dijaga
pesona alam dan kekayaan budayanya oleh masyarakat setempat, hingga bisa
dinikmati oleh ke anak-cucu.
Satu Kata buat Indonesia ; Wonderful Indonesia
http://www.indonesia.travel
http://sosbud.kompasiana.com
http://www.gayaasiatour.com
0 komentar:
Posting Komentar